Bendera Bangsaku

SELAMAT DATANG SOBATKU DI BLOG MAMAT/UCOK/RONI PUTERA JAWA KETURUNAN SUMATERA, ALLAH KUASA MAKHLUQ TAK KUASA LAILAHAILLALLAH MUHAMMADURRASULULLAH

PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)

Salah satu kegiatan utama yang tertuang dalam struktur kurikulum Sekolah Dasar adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Berikut ini blog gurukuhebat.com akan membahas Contoh Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD.


Dalam struktur kurikulum sekolah dasar, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) mendapat alokasi waktu 20% (dua puluh persen beban jam belajar per tahun. Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik muatan maupun waktu pelaksanaan.

Secara muatan, projek harus mengacu pada capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran pada mata pelajaran.

Secara pengelolaan waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan menjumlah alokasi jam pelajaran projek penguatan profil pelajar Pancasila dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak harus sama. 

Tema Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD

Untuk jenjang SD (fase A sampai dengan fase C), diwajibkan untuk memilih dan menantukan 2 tema dalam satu tahun. Tema yang dapat dipilih meliputi: 
  1. Gaya Hidup Berkelanjutan
  2. Kearifan Lokal
  3. Bhineka Tunggal Ika
  4. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
  5. Kewirausahaan 

1. Gaya Hidup Berkelanjutan

Diharapkan dengan kegiatan proyek siswa mampu memahami dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya. 
  1. Siswa mampu berfikir kritis tentang pengaruh aktivitas manusia dan perubahan iklim
  2. Siswa bisa membangun kesadaran ramah lingkungan dan mempromosikan gaya hidup yang lestari berkelanjutan dalam kesehariannya
  3. Siswa memahami potensi bencana di lingkungan sekitar akibat lingkungannya rusak

2. Kearifan Lokal

Membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya. 
  1. Siswa mempelajari keterkaitan berkembangan budaya lokal dengan kemajuan dan perkembangan nasional dan iternasional
  2. Siswa mampu memahami nilai – nilai kesenian dan tradisi lokal serta mampu menerapkan di kehidupan mereka
  3. Siswa mampu mempromosikan salah satu hal yang menarik tentang budaya dan nilai-nilai luhur yang dipelajarinya. 

3. Bhinneka Tunggal Ika 
 
Siswa mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan tentang fenomena global. 
  1. Siswa secara kritis dan reflektif menelaah hal – hal negatif yang biasanya dilekatkan pada suatu kelompok agama, dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan.
  2. Melalui projek ini, Siswa mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan antikekerasan. 

4. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI


Berkolaborasi dalam melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan dirinya dan juga sekitarnya. 
  1. Siswa mengasah berbagai keterampilan berpikir dalam mewujudkan produk berteknologi.
  2. Siswa dapat mempelajari dan mempraktikkan proses rekayasa secara sederhana, mulai dari menentukan spesifikasi sampai dengan uji coba, untuk membangun model atau prototipe produk bidang rekayasa.
  3. Siswa juga dapat mengasah keterampilan coding untuk menciptakan karya digital, dan berkreasi di bidang robotika. 

5. Kewirausahaan

Mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial, dan kesejahteraan masyarakat. 
  1. Siswa kemudian merancang strategi untuk meningkatkan potensi ekonomi lokal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
  2. Melalui kegiatan dalam projek ini seperti terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga, berkreasi untuk menghasilkan karya bernilai jual, dan kegiatan lainnya, yang kemudian diikuti dengan proses analisis dan refleksi hasil kegiatan mereka.
  3. Melalui kegiatan ini, kreatifitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. 

 

Contoh Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD

Berikut ini merupakan beberapa Contoh Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SD yang bisa dilaksanakan di sekolah dasar. 

1. Contoh Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tema Gaya Hidup Berkelanjutan 

Fase Fase A (Kelas 1-2)
Contoh Proyek :
  • Membuat sistem pembuangan dan pemilahan sampah sederhana di rumah dan di satuan pendidikan, misal piket, waktu rutin khusus untuk kebersihan.
  • Fokus: Pengembangan akhlak terhadap alam
  • Mulai membangun tanggung jawab bersama terhadap kebersihan lingkungan sekitar
 
Fase B (Kelas 3-4)
Contoh Proyek :
  • Infografik hasil survei kebiasaan membuang dan memilah sampah di rumah dan di satuan pendidikan beserta dampaknya, dilengkapi usulan solusi.
  • Fokus: Pengembangan akhlak terhadap alam
  • Mengumpulkan dan mengolah data amatan dari lingkungan sekitar
 
Fase C (Kelas 5-6)
Contoh Proyek :
  • Kampanye sederhana untuk memecahkan isu lingkungan, misal cara pencegahan kebakaran hutan atau banjir
  • Fokus: Pengembangan akhlak terhadap alam
  • Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan
 
2. Contoh Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tema Kearifan Lokal
 
Fase A (Kelas 1-2)
Contoh Proyek :
  • Pekan Permainan Tradisional, membuat kegiatan bersama yang berkaitan dengan mengenalkan dan melakukan berbagai jenis permainan tradisional daerah sendiri atau daerah lain di Indonesia.
  • Fokus: Membiasakan mendengarkan pendapat temannya, baik itu sama ataupun berbeda dengan pendapat yang dimilikinya
 
Fase B (Kelas 3-4)
Contoh Proyek :
  • Khazanah Dongeng, Legenda Tanah Air, membuat kumpulan cerita menarik dan bermakna dari berbagai daerah di Indonesia
  • Fokus: Akhlak kepada manusia
  • Mendengarkan dengan baik pendapat temannya, baik itu sama ataupun berbeda dengan pendapat yang dimilikinya Mengumpulkan berbagai warisan budaya (intangible heritage) yang membawa pesan-pesan moral yang masih relevan dengan masa sekarang
 
Fase C (Kelas 5-6)
Contoh Proyek :
  • Merancang Jalur Wisata Daerah yang berkaitan dengan peninggalan bersejarah tangible dan intangible
  • Fokus: Akhlak kepada manusia
  • Mulai mengenal berbagai kemungkinan interpretasi dan cara pandang ketika dihadapkan dengan dilema.
  • Memperkenalkan kekayaan budaya lokal beserta kearifannya kepada lingkup masyarakat luas secara kreatif lewat pengalaman indrawi.
 
3. Contoh Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tema Bhinneka Tunggal Ika
 
Fase A (Kelas 1-2)
Contoh Proyek :
  • Buku kumpulan doa dan puisi bertema rasa syukur
  • Fokus: Akhlak kepada manusia
  • Mengidentifikasi emosi orang-orang terdekat (teman, pendidik, orang tua, dll.), mengatakannya dalam pertanyaan, dan mulai membiasakan berbuat baik kepada orang lain di lingkungan sekitarnya. Terbiasa mengucapkan kata-kata yang bersifat apresiatif di lingkungan satuan pendidikan dan masyarakat (seperti “terima kasih”, “bagus sekali”, dll.)
 
Fase B (Kelas 3-4)
Contoh Proyek :
  • Membuat buku kumpulan cerita pendek yang membawa pesan tentang perbedaan individu memperkaya relasi sosial dalam masyarakat dan mengampanyekannya dalam keseharian di satuan pendidikan.
  • Fokus: Akhlak kepada manusia
  • Mengidentifikasi emosi orang-orang terdekat (teman, pendidik, orang tua, dll.), mengatakannya dalam pertanyaan, dan mulai membiasakan berbuat baik kepada orang lain di lingkungan sekitarnya.
 
Fase C (Kelas 5-6)
Contoh Proyek :
  • Merancang maket prototipe tata kota yang memenuhi kebutuhan warganya secara adil dan merata, dilengkapi dengan ruang publik yang digunakan sebagai fasilitas kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan lain-lain.
  • Fokus: Akhlak kepada manusia
  • Mengidentifikasi kesamaan dengan orang lain sebagai perekat hubungan sosial dan mewujudkannya dalam aktivitas kelompok.

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIAL

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid atau dengan kata lain.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut.Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama.Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil.Karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Metode ini dapat diterapkan hampir pada semua mata pelajaran.Sebagai contoh, saya pernah memberikan materi pelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.

Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum.

Guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.Contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid.

Kebutuhan belajar murid tidak semuanya terenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.

Berdasarkan Minatnya, Kebutuhan belajar siswa dapat digolongkan menjadi :

  1. Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat Siswa
  2. Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness) Siswa
  3. Berdasarkan Profil Belajar Siswa

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:

  1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
  2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
  3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat.Untuk memetakan kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali, maupun dari lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid melaksanakan PJJ sehingga interaksi secara langsung antara guru dengan murid sangat jarang.

Akibatnya data yang kita kumpulkan untuk memetakan kebutuhan belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya. Dukungan dari orang tua dan murid untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang ada. Tidak ditambahi dan juga tidak dikurangi. Orang tua dan murid harus jujur ketika guru melakukan pemetaan kebutuhan belajar, baik elalui wawancara, angket, survey, dll.

Guru pada hakikatnya perlu melakukan pembelajaran berdiferensiasi mengingat betapa heterogennya siswa yang ada di kelas.

Strategi Pembelajaran berdiferensiasi yang dapat diterapkan oleh guru antara lain Diferensiasi berdasarkan :

  1. Konten
  2. Proses
  3. Produk

Berikut ini adalah penjelasannya:

Diferensiasi Konten : Berkaiatan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.

Diferensiasi Proses : Berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan oleh Guru. Dalam proses ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri.

Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara:

  1. menggunakan kegiatan berjenjang
  2. meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat,
  3. membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas,
  4. mengembangkan kegiatan bervariasi

Diferensiasi Produk :  Berkaitan dengan Produk yang akan di hasilkan oleh siswa. Produk yang dimaksud di sini merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru.

Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Produk yang diberikan meliputi 2 hal:

  1. memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,
  2. memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai.

Merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata. Guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:

Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning Community)

  1. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.
  2. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal.
  3. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif.

Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung pembelajaran berdirensiasi.

Kesimpulan

Pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) merupakan sebuah proses untuk pengajaran yang efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya. Pembelajaran ini dilakukan dengan beraneka ragam, termasuk cara untuk :

  1. Mendapatkan konten;
  2. Mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan
  3. Mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian.

Tujuan dari pembelajaran berdiferensisasi ini adalah agar siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.

Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.

Dalam menerapkan pembelajaran Berdiferensiasi, Guru hendaknya mampu menyajikan pembelaajran yang sesuai dengan kebutuhan Siswa.

Namun, setiap orang yang terlibat harus mengambil tanggung jawab masing-masing. Guru dan murid harus bekerja sama untuk kesuksesan bersama dan tercapainya tujuan belajar yang sudah ditentukan sebelumnya.

Sekian dari penulis, besar harapannya dari penulis apa yang sudah di tulis disini bisa bermanfaat untuk semua pihak.

DOA YANG DIBACA NABI MUHAMMAD AGAR PENYAKIT SEMBUH

Berikut doa yang dipanjatkan Rasulullah: اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذهِبِ البَأسَ اشفِ أَنتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاوءُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا “Allahumma Rabban nasi, adzhibil ba’sa isyfi anta asy-syafi la syifa’a illa syifauka syifaan la yughadiru saqman.” Artinya: Ya Allah Tuhannya manusia, hikanhkanlah rasa sakit ini sembuhkan lah, engkau dzat Yang Maha Penyembuhan, tak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tak meninggalkan rasa sakit.

SERENTAK BERINOVASI WUJUDKAN MERDEKA BELAJAR

DENGAN NIAT BERSAMA YANG KUAT UNTUK SELALU BERBAGI INFORMASI DAN SALING MEMBERI SEMANGAT SERTA  KESADARAN DIRI UNTUK SELALU BELAJAR DAN BELAJAR MAKA AKAN MUNCUL IDE KREATIF DAN INOVASI SEHINGGA TUJUAN MERDEKA BELAJAR AKAN TERWUJUD 

Dalam rangka memperingati hari guru nasional tahun 2022, saya salah satu guru di Kabupaten Pacitan tertarik sekali untuk ikut ambil bagian atau berpartisipasi dalam kegiatan Lomba Menulis Esai yang diadakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabutapen Pacitan. Ketertarikan untuk mengikuti kegiatan lomba ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan keterampilan menulis yang seharusnya kita miliki.  Dalam materi penulisan esai ini, saya mengutip semua pemikiran ataupun tulisan siapapun yang menurut saya sesuai dengan esai tema ini, selama hal tersebut tidak dilarang oleh penulis. Selain itu juga saya akan mencoba sedikit menuliskan hasil pemikiran atau pendapat mengenai tema ini. Karena kemampuan menulis yang sangat kurang saya mohon maaf kepada para pembaca jika ada tulisan ini masih banyak mengutip tulisan orang lain. Selain menambah pengetahuan dan keterampilan menulis materi ini, saya juga mempunyai niat tidak lain tidak bukan menyemangati diri sendiri agar sebagai guru saya lebih percaya diri. 

     Dalam penulisan esai ini inti bacaan yang saya akan paparkan adalah tentang aksi nyata atau pengalaman tahun lalu dalam melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 di kelasku dengan tema kearifan lokal tentang pengenalan lebih awal kepada anak SD tentang praktik batik tulis teknik colet motif pace untuk membuat taplak meja, yang mana pace merupakan simbol kultur dan sejarah Pacitan.  Dalam pengembangannya rencana tahun ini anak didik akan mempraktikan batik tulis teknik colet dikolaborasikan atau padukan dengan teknik ikat celup pada media kaos putih. Semoga dengan izin dari Allah subhanahu wata'ala saya dapat mewujudkan ide  tersebut dengan lancar. Tullisan ini saya akan mulai dari kutipan-kutipan tulisaan tentang materi merdeka belajar dan bukti aksi nyata P5 saya dan sebagian awal bukti aksi nyata pengembangan dari kegiatan yang telah lama.

      Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan adalah serangkaian proses untuk memanusiakan manusia. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Maka dari hal itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan batin serta tenaganya. Jiwa yang merdeka sangat diperlukan sepanjang zaman agar bangsa Indonesia tidak didikte oleh negara lain. Ki Hadjar Dewantara memiliki istilah sistem among, yakni melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta mematikan kreativitasnya.

Melihat berbagai hal tersebut tentunya sesuai dengan program pendidikan yang diusung Indonesia saat ini, yakni sebuah program kebijakan Merdeka Belajar. Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Pendidikan adalah ruang untuk mengolah manusia menjadi insan yang lebih baik. Tokoh pendidikan negara kita adalah Ki Hajar Dewantara, Sehingga kurikulum yang menjadi fondasi sistem pendidikan adalah pemikiran dari Ki Hajar Dewantara.Pembelajaran yang ideal menurut Ki Hajar Dewantara adalah sebuah proses belajar mengajar yang memfasilitasi murid agar tumbuh sesuai dengan kodratnya. Selain memperhatikan kodrat murid dalam proses belajar mengajar, guru harus mampu menerapkan suasana belajar yang memerdekakan murid.

Mendidik dan mengajar bukan sesuatu yang sederhana tetapi memiliki peran sangat besar dalam mengolah dan membentuk kualitas dari anak bangsa.Menurut menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik dan mengajar  adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Dalam proses belajar mengajar guru bukan sekedar menyampaikan ilmu dari buku kepada siswa tetapi lebih dari itu yakni mendampingi murid dengan utuh dan menyeluruh. Selain mengajarkan budi pekerti , guru juga punya tanggung jawab mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti muridnya. 

Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter, yaitu bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan energi jiwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri , mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar menyebutnya sebagai manusia yang beradab dan itulah tujuan Pendidikan Indonesia secara garis besar (Sugiarta, Mardana, Adiarta, & Artanayasa, 2019).

Guru merupakan promotor pengajaran dan pendidikan bagi seorang anak sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Guru sebagai juru lapangan yang menentukan kualitas dari pendidikan sebuah bangsa. Makanya guru harus mampu mengenali dan memahami diri sebagai pendidik.Guru harus memiliki sifat seperti Semar yaitu suka momong, walaupun sakti beliau tidak pernah sombong dan selalu memperhatikan akhlak yang mulia (memperhatikan tata krama terhadap orang tua, juga sayang terhadap yang lebih muda, dekat dengan Tuhan),  bekerja itu tidak hanya mengandalkan otak semata,tetapi juga dengan kerja keras, maka dibutuhkan keterpaduan kerja otot dan otak untuk hasil yang maksima, rajin, suka bekerja keras dan cekatan.

Guru harus memperhatikan dan memiliki  tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara

  1. Prinsip kepemimpinan a) Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan siswa); b) Ing madya mangun karso (yang di tengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang mendukung); c)Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi).
  2. Sistem pendidikan yang dilakukan yaitu menggunakan sistem among atau Among Methode artinya guru itu menjaga, membina dan menididk anak kasih sayang.
  3. Tri pusat (trikonsentris) pendidikan yaitu yang mewarnai peserta didik adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.
  4. Asas asas dalam pendidkan yaitu : a) Asas Kemerdekaan; b) Asas Kodrat Alam c) Asas Kebudayaan; d) Asas Kebangsaan; e) Asas Kemanusiaan

Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.

Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh setiap individu sehinggatingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan, karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Belajar merupakan sesuatu yang berproses dan  merupakan unsur yang fundamental dalam masing-masing tingkatan pendidikan.

Sedangkan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

INSPIRASI PEMBELAJARAN DARI KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA
Setelah mengetahui konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang membantu mengembangkan kualitas pendidikan Indonesia, Anda juga harus mengetahui proses pembelajaran yang terinspirasi dari konsep beliau. Adapun berikut ini merupakan 6 inspirasi pembelajaran dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, di antaranya yaitu:

  • Menerapkan Teori TRIKON

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan sebagai usaha dalam memberikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Upaya pendidikan yang dapat dilakukan dengan sikap dikenal dengan teori trikon yaitu kontinu, konsentris dan konvergen.Kontinu artinya pendidikan di Indonesia mesti dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Konsentris artinya untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan kebudayaan serta nilai luhur bangsa yang ditanam dalam generasi muda. Konvergen artinya mengembangkan mutu pendidikan Indonesia agar setara dengan kualitas pendidikan yang maju di dunia barat.Teori ini sendiri sudah dilakukan sejak menuntut ilmu di Belanda. Beliau berhasil menyaring ilmu pendidikan ini untuk dimanfaatkan di Indonesia dengan tetap berpijak pada akar budaya tanah air, sehingga konsep mengenai pendidikan nasional berakar pada budaya Nusantara

  • Menumbuhkan Daya Cipta (Kognitif), Rasa (Afektif) dan Karsa (Psikomotor)

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan Harus bisa meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif) dan daya karsa (psikomotor). Ketiga daya tersebut harus tumbuh secara bersamaan tanpa ada yang dikesampingkan, karena menitikberatkan salah satu daya dapat menghambat perkembangan manusia.Dengan menumbuhkan ketiga daya tersebut bersamaan maka proses humanisasi atau memanusiakan manusia dalam pendidikan dapat tercapai. Artinya mendidik manusia untuk mencapai kemanusiaan yang luhur tidak akan mudah goyah, pendidik harus menjadikan dirinya sebagai role model bagi siswa. tanpa adanya teladan yang baik maka proses humanisasi dalam pendidikan tidak akan tercapai.

  • Metode Sistem Among

Ki Hajar Dewantara, mengajarkan metode pendidikan sistem among, yaitu metode pengajaran sesuai dengan asih, asah dan asuh. hal ini sesuai dengan pendidikan yang dilaksanakan langsung dalam berbagai tempat yang diberi nama Tri Sentra Pendidikan, yaitu Alam Keluarga (Pendidikan Informal), Alam Perguruan (Pendidikan Formal) dan Alam Pergerakan Pemuda (Pendidikan Non Formal).Pasalnya Tri sentra tersebut menjadi inspirasi pendidikan di Indonesia dan ketiganya mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan, kepribadian dan tingkah laku anak. Keluarga, pihak sekolah, pemerintah maupun masyarakat merupakan stakeholder pendidikan yang memiliki peran penting dalam proses pendidikan.Tujuan pendidikan akan tercapai jika proses pendidikan dilakukan dengan optimal dan stakeholder memposisikan dirinya sebagai teladan baik bagi anak atau peserta didik. Sehingga tercapainya tujuan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama.

  • Membentuk Pribadi yang Mandiri

Inspirasi pembelajaran dari konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya yaitu pendidikandapat membentuk pribadi yang mandiri dengan tiga indikator yaitu bisa berdiri sendiri, tidak bergantungan dengan orang lain, serta dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan begitu, seseorang dapat mengatasi permasalahan hidupnya sendiri tanpa membawa orang lain masuk ke dalam permasalahan.

  • Pendidikan Harus Relevan dengan Kehidupan

Secara umum, konsep pendidikan harus relevan dengan garis hidup guna mencerdaskan rakyat serta mengangkat martabat bangsa. Seseorang yang berpendidikan harus bisa bekerjasama dengan baik untuk memajukan Indonesia di antara negara-negara di dunia. Setiap individu harus bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kecanggihan teknologi dapat dijadikan sarana memperluas Network serta meningkatkan wawasan global.

  • Pengembangan Pendidikan Selaras dengan Nilai Budaya

Pengembangan pendidikan harus selaras dengan nilai budaya untuk memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguat bangsa. Ki Hajar Dewantara memandang jika misi pendidikan nilai budaya masyarakat timur lebih cocok digunakan. Maka taman siswa dibuat dengan pendekatan Momong, Among dan Ngemong.Jika sistem pendidikan sesuai dengan nilai budaya lokal, guru dapat berperan kembali sebagai insan yang membimbing serta memimpin anak didik dengan lembut, untuk mengembangkan bakat, potensi dan karakteristik peserta didik.

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, menekankan apa yang disebutnya 'kemerdekaan dalam belajar'. Dari berbagai literatur, gagasan ini boleh jadi bermula karena pria bernama Soewardi Surjaningrat itu menolak betul praktik pendidikan yang mengandalkan kekerasan dan berjuang menyebarkan konsep pendidikan ala 'Taman Siswa'. Makna kemerdekaan belajar yang diusung Ki Hadjar Dewantara yakni bagaimana membentuk manusia harus dimulai dari mengembangkan bakat.

"Jadi yang punya kehendak itu siswanya, bukan pamong gurunya, dosennya, yang memaksakan kamu harus jadi hijau, harus jadi merah. Untuk itu kemudian timbul Tut Wuri Handayani  Tut Wuri Handayani berarti mendorong dan menguatkan. Namun, menurut Ki Priyo, cara mendorong dan memberi kekuatan belajar tak boleh sembarangan. Rentang kendali harus tetap ada, agar asa menjadi manusia terap terjaga.Menurut Ki Priyo, bakat menjadi kiblat bagi sang pendidik. Guru harus memperhatikan apa yang dapat dikembangkan dari anak didiknya. Guru harus jeli menelisik kebutuhan anak didik, mana yang harus didorong, dan apa yang harus dikuatkan. Guna memenuhi kebutuhan pengembangan bakat, kata dia, anak didik harus merasa merdeka. Namun, merdeka yang dimaksud bukan bermakna mutlak.

Filosofi "Merdeka Belajar" disarikan dari asas penciptaan manusia yang merdeka. Di antara berbagai makhluk Tuhan, dengan fasilitas akal, manusia adalah makhluk yang merdeka untuk memilih jalannya sendiri, baik jalan kebaikan maupun jalan keburukan. Tidak ada seorangpun atau apapun yang memaksa atau menghalangi manusia untuk menentukan dua jalan tersebut.

Tuhan hanya memberi fasilitas berupa kehidupan (ruh) dan organ (sebagai alat) yang bisa digunakan manusia untuk memilih jalan. Karena itu, sebagai makhluk yang merdeka, insan harus bertanggungjawab atas perbuatannya dan ia tidak punya alasan untuk menyudutkan Tuhan dalam kejahatan yang dilakukannya.

Dan pendidikan yang baik harus memperhatikan asas kemerdekaan yang merupakan hadiah terbaik yang diberikan Tuhan kepada manusia, sehingga pendidikan tidak boleh bertentangan dengan asas kemerdekaan manusia.

Merdeka Belajar merupakan  kebijakan terobosan yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, yang bertujuan untuk mengembalikan otoritas pengelolaan pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah. Otoritas pengelolaan pendidikan diwujudkan dalam bentuk memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan pemerintah daerah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, dengan mengacu pada prinsip-prinsip kebijakan Merdeka Belajar yang ditetapkan pemerintah pusat dalam usaha mencapai tujuan nasional pendidikan.

Merdeka belajar adalah sebuah kurikulum yang berisi pemahaman dari gagasan dan prinsip pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.Merdeka Belajar adalah langkah transformasi pendidikan yang disebutkan sebagai arah kebijakan dan strategi yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan tertuang dalam Rencana Strategis 2020-2024.

Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat alami yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka,sehingga masing-masing mereka mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya

Intinya, Merdeka belajar itu adalah belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan serta memberi pilihan cara belajar dan secara bersama melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. Merdeka Belajar memberikan otoritas dan fleksibilitas pengelolaan Pendidikan di level SekolahOtoritas dan fleksibilitas tidak akan berkontibusi positif untuk mencapai tujuan Pendidikan, jika tidak ada kreativitas dan inovasi

Kebijakan Merdeka Belajar dilaksanakan untuk percepatan pencapaian tujuan nasional Pendidikan, yaitu meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai keunggulan dan daya saing dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing diwujudkan pada siswa-siswi yang berkarakter mulia dan memiliki penalaran tingkat tinggi khususnya dalam  literasi dan numerasi.Kebijakan Merdeka Belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. 

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar

 Kenapa harus Merdeka Belajar?

  1. Peraturan Pendidikan selama ini umumnya bersifat kaku dan mengikat, contoh: aturan terkait UN, aturan RPP, aturan penggunaan dana BOS dan lainnya. Peraturan tersebut terbukti tidak efektif untuk mencapai tujuan nasional Pendidikan;
  2. Ketidakefektifan pencapaian tujuan nasioal pendidikan terlihat pada hasil belajar siswa dikomparasi test internasional (contoh : PISA) yang menunjukkan siswa-siswi kita masih lemah alam aspek penalaran tingkat tinggi khususnya dalam hal literasi dan numerasi;
  3. Kebijakan Merdeka Belajar yang tidak bersifat kaku dan mengikat (fleksibel) diharapkan dapat mengatasi keragaman kondisi, tantanan dan permasalahan Pendidiakan yang berbeda antar sekolah, dengan stateri penyelesaian yang berbeda.

Apa manfaat pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar?

Kepala sekolah, guru, orang tua dan pemerintah daerah dapat bergotong- royong untuk mencari dan menemukan solusi yang efektif, efisien dan cepat terhadap kondisi, tantangan dan permasalahan Pendidikan di masing-masing sekolah khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar siswa; Kepala sekolah, guru, orang tua dan pemerintah daerah merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap pengelolaan Pendidikan di sekolah pada daerah masing- masing;

Program pokok yang tekait kebijakan ini adalah

  1. Kegiatan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
  2. Perubahan Ujian Nasional menjadi Asesmen Nasional dan Survei Karakter,
  3. Fleksibilitas dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
  4. Fleksibitas dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), dan 
  5. Kampus Merdeka.

Kurikulum Merdeka Belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten belajar akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk menguatkan kompetensi. Pada pelaksanaannya, guru lebih memiliki keleluasaan dalam memilih perangkat mengajar sehingga proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Selain itu, pendapat lain menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, pengertian Kurikulum Merdeka Belajar merupakan kurikulum yang dalam proses pembelajarannya mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Artinya para peserta didik bisa memilih pelajaran apa saja yang diinginkan sesuai dengan bakat dan minatnya.

Karakteristik Kurikulum Merdeka Belajar

Pengembangan kurikulum merdeka belajar dilakukan dengan lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter peserta didik. Oleh karena itu, terdapat karakteristik khusus yang digunakan dalam kurikulum merdeka belajar, antara lain:

  1. Pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan untuk mengembangkan soft skills dan karakter sesuai profil belajar Pancasila.
  2. Berfokus pada materi esensial sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
  3. Fleksibilitas bagi guru dalam melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar

Pengimplementasian kurikulum merdeka belajar tidak serta merta dilaksanakan secara penuh dan serentak. Sesuai dengan kebijakan Kemendikbudristek, diberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar ini. 

Bagi satuan pendidikan yang memilih menggunakan kurikulum merdeka belajar, terdapat 3 pilihan kategori dalam mengimplementasikan kurikulum ini, di antaranya:

1. Kategori Mandiri Belajar

Kategori ini memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan untuk menerapkan beberapa bagian dan prinsip kurikulum merdeka belajar, dengan tetap menggunakan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2013 atau kurikulum 2013 yang disederhanakan/kurikulum darurat.

2. Kategori Mandiri Berubah

Pada tahun ajaran 2022/2023, satuan pendidikan mulai menerapkan kurikulum merdeka belajar, menggunakan perangkat ajar yang disediakan dalam PMM sesuai jenjang satuan pendidikan yaitu perangkat ajar untuk PAUD, kelas I, kelas IV, kelas, VII, dan kelas IX.

 3. Kategori Mandiri Berbagi

Satuan pendidikan dipersilakan untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar diikuti dengan pengembangan mandiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan anak usia dini (PAUD), kelas I, kelas IV, kelas VII, dan kelas IX mulai tahun ajaran 2022/2023.

 Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar

  1. Materi yang disampaikan dan dipelajari menjadi lebih sederhana, mendalam, dan berfokus pada materi yang esensial. Hal ini tentu membuat peserta didik dapat belajar secara lebih dalam tanpa diburu-buru oleh waktu.
  2. Guru lebih merdeka karena bisa mengajar sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
  3. Sekolah memiliki hak dan wewenang dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan dan peserta didik.
  4. Karena bersifat lebih relevan dan interaktif, proses pembelajaran lebih memberikan kesempatan keypad peserta didik untuk lebih aktif dan dapat mengeksplorasi isu-isu aktual.
  5. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengembangkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang merupakan platform edukasi yang menjadi teman penggerak untuk pendidik dalam mewujudkan Pelajar Pancasila yang memiliki fitur Belajar, Mengajar, dan Berkarya. Di dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM) ada banyak fitur yaitu Asesen Murid, Perangkat Ajar, Pelatihan Mandiri, Bukti Karya dan Komunitas.

 Apa strategi untuk keberhasilan Merdeka Belajar?

  1. Merubah cara kita berfikir (visi, belief, & perilaku) — seluruh stakeholders Pendidikan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya seharusnya mempunyai tujuan bersama, yaitu memberikan layanan Pendidikan yang berkualitas bagi siswa;
  2. Penguatan kapasitas kepala sekolah & guru — tentang kepemimpinan kepala sekolah (e.g., sebagai pemimpin instruksional), tata kelola sekolah (perencanaan, pembiayaan, pengembangan guru), pengembangan kualitas kurikulum, pembelajaran dan assessmen
  3. Budaya organisasi sekolah yang demokratis — menghilangkan budaya birokratis (ABS), kepala sekolah sebagai pemilik otoritas tunggal

Apa yang dimaksud dengan Inovasi?

  • Kebijakan merdeka belajar akan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas belajar siswa, jika diikuti dengan inovasi sekolah yang berfokus pada upaya peningkatan kualitas belajar siswa;
  • Inovasi adalah usaha yang dilakukan sekolah dalam mengembangkan ide, upaya, program, kegiatan yang baru atau berbeda, baik secara kualitas dan kuantitas, dengan apa yang telah sekolah lakukan sebelumnya;
  • Inovasi bersumber dari adanya kreativitas. Kreativitas adalah memikirkan ide baru, sedangkan inovasi berarti mengimplementasikan ide baru tersebut.

Inovasi memerlukan 3 (tiga) tahapan utama, yaitu:

  • Ide atau gagasan;
  • Implementasi atau manifestasi dari gagasan tersebut dan;
  • Outcome atau hasil dari implementasi gagasan tersebut dan terjadinya perubahan yang lebih baik

Apa yang disiapkan sekolah untuk Inovasi?

Kepala sekolah, guru, dan siswa serta seluruh pemangku kepentingan pendidikan perlu memikirkan hal-hal sebagai berikut untuk berinovasi:
  • Strategi-strategi mengajar atau proses belajar apa sajakah yang paling bermanfaat untuk meningkatkan proses belajar siswa?
  • Apa kontribusi strategi-strategi tersebut terhadap kualitas proses dan hasil belajar siswa?
  • Strategi mana yang paling efektif dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa?
  • Bagaimana strategi tersebut bisa diimplementasikan?
  • Bagaimana memaksimalkan strategi tersebut untuk pengembangan proses dan hasil belajar siswa?

Proses sekolah untuk Inovasi

Inovasi yang menghasilkan perubahan yang baik  memerlukan proses yang mendalam  dan  memerlukan  siklus    mencoba,   gagal,  perbaiki,  berhasil. Beberapa tahap yang perlu sekolah pahami meliputi:

  • Kesadaran (awareness);
  • Ketertarikan (Interest);
  • Mencari tahu atau memahami (evaluation);
  • Mencoba (trial);
  • Mengimplementasikan (adoption).

Tujuan Inovasi di Sekolah

Inovasi sekolah yang berhasil akan menghasilkan perubahan multidimensional (dalam berbagai aspek) menuju peningkatan kualitas guru mengajar dan siswa belajar, yaitu:

  1. Tujuan dan visi guru mengajar. Misal: berfokus pada siswa berdasarkan perkembangan belajarnya secara individual;
  2. Belief dan asumsi guru terhadap pengajaran. Misal: tugas guru adalah menginspirasi siswa untuk mempunyai rasa ingin tahu dan semangat belajar, pengajaran yang baik akan tercapai apabila ada hubungan yang baik dan saling percaya (trust) antara guru dan siswa, semua siswa pintar dan dapat berhasil jika guru memberikan dukungan yang mereka perlukan;
  3. Praktik / strategi guru mengajar. Misal: interaktif dan dialogis melalui diskusi dua arah antara guru dan siswa;

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka. Adapun tahapan P5 diawali dengan memahami P5, kemudian menyiapkan ekosistem sekolah, mendesain projek P5, mengelola P5, mendokumentasikan serta melaporkan hasil P5, dan yang terakhir adalah evaluasi dan tindak lanjut P5. Projek tersebut dilakukan dengan menanamkan karakter pada pribadi peserta didik berdasarkan nilai-nilai pancasila.Kompetensi P5 memperhatikan beberapa faktor yang dapat memberikan pengaruh, baik faktor internal atau faktor eksternal. Adapun contoh faktor internal yang diperhatikan adalah ideologi, sementara contoh dari faktor eksternal adalah tantangan di era digital.P5 berupaya menjadikan peserta didik sebagai penerus bangsa yang unggul dan produktif. serta dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkesinambungan.Visi Pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila.Sementara Profil Pelajar Pancasila mendukung visi tersebut dengan menjadikan Pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.

Prinsip Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

1. Holistik

Kerangka berpikir holistik yang ditanamkan dalam P5 akan mendorong peserta didik untuk mempelajari tema dan materi secara keseluruhan dan memahami persoalan secara mendalam.
Karenanya, setiap tema dalam P5 cenderung menjadi wadah dari berbagai perspektif dan konten pengetahuan secara terpadu.
Prinsip holistik juga memotivasi peserta didik agar dapat melihat koneksi yang bermakna antar komponen dalam pelaksanaan P5, seperti peserta didik, pendidik, dan sebagainya.

2. Kontekstual

Prinsip ini memotivasi pendidik dan peserta didik agar dapat menjadikan lingkungan dan realitas kehidupan sebagai bahan utama pembelajaran.
Satuan pendidikan berperan sebagai penyelenggara kegiatan projek profil harus membuka ruang dan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat bereksplorasi di luar lingkup satuan pendidikan.

3. Berpusat Pada Peserta Didik

Dengan prinsip ini, diharapkan pendidik dapat mengurangi peran sebagai aktor utama dalam kegiatan belajar mengajar.
P5 menjadikan pendidik sebagai fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk bereksplorasi dari dorongan diri sendiri sesuai kondisi dan kemampuannya.

4. Eksploratif 

Prinsip eksploratif adalah prinsip yang berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur ataupun bebas.P5 memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi peserta didik, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran.

P5 adalah projek yang akan menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai peserta didik dengan kompetensi seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia.

Adalah prinsip yang memandang segala sesuatu secara keseluruhan atau terpisah-pisah. Kontekstual adalah prinsip yang berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.Prinsip selanjutnya adalah prinsip yang menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang aktif.Prinsip eksploratif adalah prinsip yang berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang bagi proses pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur ataupun bebas.P5 memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi peserta didik, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran.Prinsip eksploratif juga berupaya mendorong peran P5 untuk menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang didapatkan peserta didik dalam peserta didikan intrakurikuler.

Manfaat P5

P5 memberikan ruang bagi seluruh anggota satuan pendidikan untuk dapat mempraktikkan profil pelajar Pancasila. P5 memiliki manfaat yang berbeda-beda bagi setiap pihak.

Manfaat bagi Satuan Pendidikan:

Menjadikan satuan pendidikan sebagai sebuah ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat. Menjadikan satuan pendidikan sebagai organisasi pembelajaran yang berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas di sekitarnya.

Manfaat bagi Pendidik:

Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila. Merencanakan proses pembelajaran projek profil dengan tujuan akhir yang jelas. Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik yang terbuka untuk berkolaborasi dengan pendidik dari mata pelajaran lain untuk memperkaya hasil pembelajaran.

Manfaat bagi Peserta Didik:

Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil pelajar Pancasila. Merencanakan proses pembelajaran projek profil dengan tujuan akhir yang jelas. Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik yang terbuka untuk berkolaborasi dengan pendidik dari mata pelajaran lain untuk memperkaya hasil pembelajaran.Kemendikbudristek sudah menentukan tema untuk setiap projek profil yang diimplementasikan di sekolah. Tema tersebut dikembangkan berdasarkan isu prioritas dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035.

Ada 6 tema utama Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang bisa dipilih oleh sekolah jenjang SD sebagai berikut.

  • Gaya Hidup Berkelanjutan (Jakarta: situasi banjirKalimantan: hutan sebagai paru-paru duniaDaerah pedesaan: pemanfaatan sampah organik)
  • Kearifan Lokal (Jawa Timur : Batik pace simbol kulltur dan sejarah PacitanPapua: sistem masyarakat di Lembah Baliem)
  • Bhinneka Tunggal Ika(Menangkap isu-isu atau masalah keberagaman di lingkungan sekitar dan mengeksplorasi pemecahannya (contoh: kisah Bu Mondang di halaman …).
  • Bangunlah Jiwa dan Raganya (Pengembangan kemandirian dalam merawat diri dan menjaga kesehatan)
  • Rekayasa dan Teknologi (Membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi untuk menjawab permasalahan di sekitar satuan pendidikan)
  • Kewirausahaan (Membuat produk dengan konten lokal yang memiliki daya jual).

TOPIK: MENGENALKAN MOTIF BATIK PACE SEJAK DINI DENGAN TEKNIK 


Deskripsi Aksi Nyata

Dimensi profil pelajar ancasila yang yang saya gunakan dalam aksi nyata ini adalah Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, kreatif. Aksi nyata proyek pembelajaran batik ini di laksanakan memenuhi pembelajran literasi budaya kelas 6 dimana batik bermotif pace merupakan ciri khas/budaya dari kabupaten pacitan. Sebelum melaksanakan praktik Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), siswa diberi materi pembelajaran tentang teori membatik. Untuk kali ini yang di praktikan ada batik tulis teknik ikat celup dan colet dikombinasikan dengan glitter dengan motif pace untuk taplak meja dan kaos. Pelaksanaan ini dilaksanakan  4 hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian membatik adalah membuat corak atau gambar (terutama dengan tangan) dengan menerakan malam pada kain; menulis dengan cara seperti membuat batik (sangat perlahan-lahan dan berhati-hati sekali karena takut salah)

Proses pembuatan batik tulis

Kain batik yang sering kita gunakan memerlukan proses pembuatan yang tidak mudah dan dilakukan dengan teliti serta telaten tahap demi tahap. Berikut setiap tahap dalam menghasilkan kain batik yang indah dan bernilai:

Pembuatan batik tulis
  1. Nyungging. Merupakan tahap pembuatan pola di atas kertas.
  2. Njaplak. Proses pemindahan pola dari kertas ke kain.
  3. Nglowong. Tahap melekatkan lilin dengan menyesuaikannya pada pola yang telah dibuat.
  4. Ngiseni. Proses memberikan ornamen-ornamen seperti gambar bunga, tumbuhan, atau hewan.
  5. Nyolet. Merupakan proses mewarnai dengan kuas.
  6. Mopok. Menutup bagian yang telah diwarnai dengan malam atau lilin.
  7. Nembok. Tahap untuk menutup bagian latar belakang pola yang tidak diwarnai.
  8. Ngelir. Proses pewarnaan kain dengan merendamnya pada pewarna alami atau kimia secara menyeluruh.
  9. Nglorod. Perendaman kain ke dalam air mendidih untuk meluruhkan malam.
  10. Ngrentesi. Merupakan proses memberikan titik pada klowongan menggunakan canting dengan jarum tipis.
  11. Nyumri. Penutupan bagian tertentu dengan malam.
  12. Nglorod. Merupakan tahap terakhir, tahap meluruhkan dan melarutkan malam pada kain. Dilakukan dengan memasukkan kain pada air mendidih.
Setelah tahap-tahap atas selesai dilakukan, kain batik dapat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.Untuk proyek kali ini menggunakan membatik teknik baru untuk yang dinamakan teknik colet. Teknik colet biasa disebut juga dengan teknik Lukis Ciri khas dari teknik pembuatan batik ini ialah proses pewarnaan. Setelah lilin diaplikasikan di atas permukaan kain, selanjutnya kain diwarnai dengan kuas pada pola batik menggunakan cat atau pewarna kain tertentu.Teknik colet membutuhkan kreativitas dan skill yang tinggi karena perlu waktu yang relatif lama, tergantung berapa banyak motif yang ingin dicolet.

Teknik batik Colet :

Membuat pola batik; Menutup motif batik; Menyiapkan meja kerja; Membuat larutan pewarna; Memulai pencoletan; Menjemur kain; Siapkan larutan pembangkit warna (water glass); Fiksasi kain batik; Pelorodan lilin malam; Mencuci kain batik

Teknik batik ikat celup :

Teknik pembuatan batik dengan metode ikat celup juga tergolong modern. Teknik ini banyak digunakan untuk membuat batik yang lebih berwarna-warni. Di Jawa teknik ini disebut Jumputan, di Palembang lebih dikenal dengan nama Cinde, sedangkan di Banjarmasin namanya Sasirangan.Sebelum dicelup ke cairan pewarna, sebagaian kain diikat dengan tali. Setelah semua bagian kain tercelup kemudian angkat kain. Buka ikatan kain dan pastikan bagian yang terikat tidak terkena pewarna. Hasil atau motif batik ikat celup mirip kaos tie dye yang saat ini sedang tren di kalangan anak muda.






TEKNIK IKAT CELUP 









TEKNIK COLET









































Dengan kegiatan projek ini diharapkan dapat memperkuat karakter Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi berikut:

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia  (Elemen: akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, akhlak bernegara).
  2. Berkebinekaan global (Elemen: mengenal dan menghargai budaya, komunikasi dan interaksi antarbudaya, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan, berkeadilan sosial).
  3. Bergotong royong (Elemen: kolaborasi, kepedulian, berbagi).
  4. Mandiri (Elemen: pemahaman diri dan situasi yang dihadapi, regulasi diri).
  5. Bernalar kritis (Elemen: memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri).
  6. Kreatif (Elemen: menghasilkan gagasan yang orisinal, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan).

            Kesimpulan.

  1. Merdeka Belajar memberikan otoritas dan fleksibilitas pengelolaan Pendidikan di level Sekolah
  2. Sebagai guru saya mendukung kurikulum merdeka belajar ini yang pembelajarannya berpusat pada siswa dengan landasan minat bakat serta kasih saya dalam pelaksanaannya.
  3. Otoritas dan fleksibilitas tidak akan berkontibusi positif untuk mencapai tujuan Pendidikan, jika tidak ada kreativitas dan inovasi
  4. Untuk dapat menjadi kreatif dan inovatif, kita harus melakukan perubahan / hijrah.
  5. Peningkatan kualitas hasil belajar siswa (karakter, literasi dan numerasi) dalam kebijakan merdeka belajar dapat tercapai hanya jika terjadi perubahan dan inovasi di level sekolah;
  6. Sekolah menjadi aktor utama dalam upaya untuk berubah dan berinovasi, namun demikian sekolah akan mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan daerah serta warga sekolah;
  7. Perubahan dan inovasi tersebut dapat tercapai hanya jika seluruh pemangku kepentingan Pendidikan (sekolah, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan warga sekolah) mempunyai visi, cara berfikir, dan tujuan yang sama yaitu memberikan layanan Pendidikan yang berkualitas bagi siswa.
  8. Bagi saya pribadi untuk inovasi merupakan wujud ide kreatif yang sederhana ataupun sampai ke kompleks.
  9. Untuk menuju cara berpikir kritis, kreatif dan inovasi langkah seorang guru harus banyak membaca. Karena dengan banyak membaca maka mendapat kedua yaitu realitas dan materi dengan 2 modal itul kita dapat menggali pertanyaan, mempertentangkan, mengembangkan sehingga terwujud berfikir kritis,kreatif dan inovatif.
  10. Dengan kebersamaan, saling melengkapi dan mengembangkan kita dapat dengan mudah berinovasi melalui ide-ide yang kreatif bersama. 
  11. Untuk mewujudkan itu semua, mari kita mulai aksi nyata dari yang termudah, dari diri kita sendiri dan mulai saat ini.